Sabtu, 24 Juli 2021

Selamat Jalan, Kakek


Saya selalu terjebak dalam situasi; hate dan love relationship with him, my dad. Hate because banyak hal yang susah dilakukannya yang membuat saya ‘kerepotan’. Love karena yaa mau ga mau atau dengan kata lain; disuruh Allah, hehehe.

 

Throw back dulu ke 18 April 2021, saat itu hari kelima Ramadhan, posisi saya sedang tidur setelah subuh. Belum lelap tapi terbangun oleh nada dering di WhatssApp, menandakan ada voice call. Saya lihat, oh Tek Lusi, ada apa ya? Saya angkat telponnya, Tek Lusi menyampaikan “Papa jatuh Des semalam, sekarang ga bisa bangun, istrinya yg kasih tau etek”. Saya berusaha mencerna informasi dengan tenang. Menarik napas panjang dan akhirnya melakukan hal yang paling saya hindari; berkomunikasi langsung dengan istri Papa saya.

Saya telpon, dia menceritakan kronologis kejadian. Saya minta dibawa saja ke rumah sakit, kan pakai BPJS. Dia berkata tidak ada ongkos, bla bla bla. Akhirnya saya kirim uang dan juga saya kirim popok dewasa, masker, tisu dll perlengkapan untuk Papa. Itu pagi ya saya menelpon, sampai siang saya tanya belum juga dibawa, malah dipanggilkan Pak Ustad, yang katanya orang pinter, hehe. Papa yang awalnya masih membuka mata, masih  bisa miring kanan kiri, siang itu sudah tidak bisa merespon, tidur saja, tidak sadar. Akhirnya sore hari baru dibawa ke Rumah Sakit Rajawali dan diputuskan di rawat di ruang ICU.

Hari kedua dirawat kalau tidak salah, saya pergi ke Bandung bersama Dian, Ilman dan tentu saja bayi Zio. Sampai sana saya dan Dian mencoba berkomunikasi dengan Papa, mengatakan bahwa kami ikhlas sepenuhnya, bila mau jalan, semoga dipermudah, terlihat air matanya menetes, entah sedih karena mendengar suara kami atau hanya sekedar respon matanya.  Lagi- lagi di sana saya harus melakukan hal yang saya hindari; bertemu dengan istri Papa. 



 

Singkat cerita Papa sudah 14 hari dirawat dan pihak Rumah Sakit tidak bisa memperpanjang  masa inap lagi, pasien harus dibawa pulang.  Saya akhirnya ke Bandung (lagi) bersama Dicky naik travel untuk mengurus kepulangan kembali ke rumah kontrakannya dan dimulailah episode baru, merawat Papa secara jarak jauh. Badan saya memang tidak secara langsung merawat Papa, tapi istrinya berkomunikasi melalui saya, minta uang, beli pampers, beli beras, beli alat dll. Berkomunikasi dengan seseorang yang kamu paling hindari benar-benar membuat saya stress. Saya selalu berdoa, semoga Allah mudahkan.

Bulan berganti, masuk bulan Juni di tanggal 14, subuh itu saya menerima voice call dari seseorang yang tidak saya simpan nomornya. Saya riject tapi dia terus menelpon, ya sudahlah saya angkat saja akhirnya. Ibu itu menyampaikan kalau Papa sudah tidak ada. Saat subuh hendak dibangunkan kaki terasa dingin dan tidak terdengar lagi suara napasnya. Coba dicek oleh mantri sekitar dan benar denyut sudah tidak teraba lagi.  Respon pertama saya menangis, karena membayangkan seseorang pergi dalam tidur tidak diketahui siapapun, itu rasanya pilu sekali. Respon selanjutnya saya menghubungi Dian, Dicky dan kami bersiap untuk pergi ke Bandung. I wish it will be over, selesai semuanya, tapi tidak semudah itu. Papa meninggalkan satu orang anak yang masih berumur 4 tahun. Keluarga di sana menyampaikan bahwa kami diminta untuk bertanggungjawab terhadap anak itu. Rasanya saya marah banget dan rasa itu masih saya simpan sampai sekarang. Save your energy, it will be long way to go. 


 

 

Selamat jalan, Papa, Kakek, semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa mu. Semoga semua yang sudah kami lakukan sebagai anak, diridhoi oleh mu dan oleh Allah. Maaf hanya sebatas itu kami bisa mengusahakannya. Maaf bila jauh dari maksimal. 

 


 

“Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah, bebaskanlah, lepaskanlah dia. Dan muliakanlah dia di tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih dan sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan dan dosa seperti baju putih yang bersih dari kotoran. Dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia ke dalam surga-Mu, dan lindungilah dia dari siksa kubur serta fitnahnya, dan siksa api neraka.”

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar