Rabu, 18 September 2013

My Super Ozil



Pernah kah kalian berada dalam situasi seolah semua persoalan numpuk di saat yang bersamaan, rasanya kalian ga dikasih waktu untuk bernafas, dipaksa untuk beradaptasi dengan persoalan-persoalan tersebut dalam waktu singkat, ga pake lama, ga pake istirahat? Kalau buat saya yang dulunya guru, mungkin situasinya seperti sedang mengurus sponsor untuk acara besar sekolah ditambah anak-anak sedang formative test matematika, anak di rumah sedang sakit, ada murid yang harus diremedial pulang sekolah, dan lagi hamil muda. Pusiiing !!!

Rasanya itu yang kami lihat pada anak pertama kami, Ozil. Di usianya yang masih sangaaat kecil, yang masih kepingin papa mamanya buat dia seorang, dia harus berbagi papa mama nya dengan anak bayi asing yang tiba-tiba datang entah dari mana. Anak bayi ini kemudian dia kenal dengan sebutan adik. Perkenalan Ozil dengan adik dimulai sejak adik hadir pertama kalinya di rahim mama, terlihat dari dua garis di testpack mama di suatu malam. Saat itu, dia mulai semangat untuk merelakan mimik mama untuk adik. Pengorbanan Ozil dimulai. Buat saya ga ada yang namanya weaning with love. Aktivitas menyusui adalah aktivitas emosional paling kompleks antara ibu dan anak. Romantisnya ga akan tergantikan oleh apa pun, Menyapih adalah pengorbanan. Tidak ada cinta dalam proses menyapih, yang ada adalah kerelaan berkorban si mama dan anak, rasanya beraaaat banget. Ozil pasti merasakan hal yang sama beratnya dengan saya. Sesekali dia masih minta, saya masih kasih, mungkin kangen mimik mama. Sampe si adik berusia dua bulan di rahim mama, akhirnya Ozil secara resmi menyapih dirinya sendiri, hiks. "mimik untuk adik, Ma"

Banyak orang yang berpesan, kenalkan adik kepada si abang mulai dari kandungan. Selama saya hamil, cara ini berhasil, Ozil sayang adiknya, elus-elus perut saya,cium, dsb. Tapi apakah rasa sayangnya bertahan sampai adik lahir? Jeng...jeng ... TIDAK sodara! 

Bayi kecil yang dikenalnya sebagai adik itu, mulai hadir. Ozil liat proses nya, dia berada dalam ruang bersalin, ikut menemani saya di dalam. Malam pertama kehadiran adik, saya yakin dia merasa ada yang aneh. "Adik ini ternyata berisik kalau menangis dan adik sepertinya merebut mama dari ku" mungkin itu yang ada di pikirannya. Si adik menempeeeel terus di dada mama. Entah bagaimana perasaannya saat itu. Mungkin sebel, kesel sama adik, karena adik merebut mamanya. 

Pulang dari Rumah Bersalin, Ozil mendadak bertindak agresif sekali, berteriak-teriak, minta semuanya dituruti. Sementara saya masih terbatas geraknya. Mama dan Papa jad ikut terpancing emosinya.  Sampai akhirnya, jam 8 malam, masih di hari yang sama, Ozil terpeleset di kamar mandi, dan harus dilarikan ke rumah sakit, darah berceceran banyaaak sekali, Lemeeeees nya ga bisa diceritakan. Rasanya ingin lari menyusul Ozil ke RS, menemaninya di RS, namun mama tidak bisa, karena ada adik. Cuma bisa berdoa, semoga Alloh masih mengijinkan mama untukbertemu Ozil kembali. Mencium Ozil, menggendong Ozil sampai mama kecapekan. Sekitar satu jam Ozil kembali dengan tiga jahitan, kata dokter tidak apa2. Alhamdulillah. 

Papa kembali bekerja, jatah cuti telah habis. drama itu dimulai disini. Ozil nangis terus, mau ini mau itu. Sementara mama sudah benar2 ga ngerti mau berbuat apa terhadap Ozil. Semuanya terasa salah. Hffftt. Sampai mama terpikir untuk menitipkan Ozil saja ke Omanya, hiks. Kurang lebih dua bulan Ozil masih sulit dikendalikan. 

Setelah banyak bertanya, diskusi, belajar, pelan2 mama mulai paham apa yang Ozil rasakan. Solusinya justru bukan menjauhkan Ozil dengan adik, itu malah akan memperlebar jurang antar mereka berdua. Mama ga mau mengajarkan Ozil untuk lari dari masalah. Kita harus beradaptasi sama2, berempat, mama papa abang adik. 

Kehadiran adik membuat kami semua belajar, ga hanya papa dan mama, tapi yang paling utama adalah abang Ozil. Melalui adik, Ozil belajar berbagi, merelakan waktunya bermain bersama mama agar adik bisa mimik dengan mama. Merelakan tidur tanpa dipeluk mama, agar mama bisa menimang2 adik sampai terlelap. Is it easy to do?? Saya rasa tidak untuk seorang anak 3 tahun. Jangan lupa, anak juga manusia biasa, mereka bisa merasa. Namun saya bersyukur proses yang bener2 rumit ini pelan2 bisa Ozil jalani. Kalaupun ada saat2 keisengan Ozil terhadap adiknya, wajar sekali rasanya. Saya ga bisa memaksa agar Ozil mendadak bisa dewasa, tidak iseng sama sekali sama adiknya. Biarlah sama2 kami menjalani dan menikmati proses belajar ini. Meski harus benjol, kejedut, kepentok sana sini. 

Tiga tahun sudah Ozil menemani mama. Ozil pasti tahu, mama ga pernah memaksa Ozil untuk jadi ini itu, doa mama agar Ozil kelak jadi anak yang memberikan manfaat. Mama berharap, mama masih diberi umur panjang untuk mengambil rapot sekolah Ozil, menemani Ozil wisuda, sampai kelak melihat Ozil membangun keluarga Ozil sendiri. 

Terima kasih ya Nak, untuk kebesaran hatinya untuk terus belajar beradaptasi dengan situasi ini. Happy birthday my super hero. My Super Ozil :)